Mengenai Saya

Foto saya
padang, padang, Indonesia
i am a muslim islam my din Allah my lord his word quran Muhammad prophet praise upon him i am a muslim for all of time born to be the champion(me) i want to be a good muslim insya Alloh semua yang di posting dikemas sedemikian rupa agar gampang di bawa kepasar..hehehe

teman kita


Sabtu, 14 April 2012

teknik pengambilan sampel


A.    Pendahuluan
Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Ronald (1995) mendefinisikan sampel adalah suatu himpunan bagian dari populasi. Apabila populasi besar dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi, maka dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi.
Populasi adalah totalitas semua nilai yang mungkin baik yang diperoleh dari hasil  meghitung maupun mengukur.
Penentuan sampel dari suatu populasi disebut
penarikan sampel atau “sampling”. Dalam penentuan sampel langkah awal yang harus di tempuh membatasi jenis populasi, atau meningkatkan populasi target. Hal yang sangat menganggu dalam pelaksanaan penelitian berkenaan dengan masalah ini adalah adanya kesalahan dalam pemillihan dan penarikan sampel.
Berkaitan dengan jumlah populasi, maka populasi dibagi menjadi dua bagian yaitu pertama :populasi terbatas dimana batasnya secara kuantitatif dapat dihitung. Misalnya jumlah siswa SMA Negeri 8 Padang, jumlah penduduk desa kuranji dan jumlah guru SMAN 8 Padang. Kedua: populasi tak terbatas dimana banyak populasinya tidak bisa dinyatakan dengan jumlah misalnya kandungan emas di sungai X, berapa liter pasang surut air laut pada bulan purnama.

Berdasarkan sifatnya maka populasi dibagi menjadi dua bagian yaitu
1.      populasi homogen, sumber data memiliki sifat yang sama
2.      populasi heterogen, sumber datanya memiliki sifat yang berbeda
Karena berbagai alasan, tidak semua hal yang ingin dijelaskan atau diramalkan atau dikendalikan. Penelitian hanya dilakukan terhadap sampel tidak terhadap populasi. Namun kesimpulan-kesimpulan mengenai sampel itu akan dikenakan atau digeneralisasikan terhadap populasi. Generalisasi dari sampel ke populasi mengandung resiko bahwa akan terdapat kekeliruan atau ketidaktepatan, karena sampel tidak akan mencerminkan secara tepat keadaan populasi.3

B.     Teknik Pengambilan Sampel

Beberapa teknik sampling ditunjukkan pada gambar:
Dari gambar teknik sampling dapat diketahui bahwa secara umum terdapat dua kelompok teknik sampling yaitu: (1) probability sampling, dan (2) non-probability sampling. Teknik sampling probability adalah teknik yang memberi peluang yang sama kepada seluruh anggota populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel. Pengambilan sampel secara acak/random dapat dilakukan engan bilangan random, komputer, maupun dengan undian. Apabila pengambilan sampel dilakukan dengan undian maka setiap anggota populasi diberi nomor sesuai dengan jumlah populasi. Penarikan sampel dengan cara mencabut satu demi satu nomor yang ada pada kotak undian sampai mencapai jumlah sampel yang telah ditetapkan dengan rumus cohran atau dengan persentase.1
A.    Probability Sampling
Non-probability sampling merupakan teknik penarikan sampel yang memberi peluang /kesempatan yang sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk terpilih menjadi sampel. Teknik sampling ini meliputi:
1.      Simple Random Sampling
Untuk menghilangkan kemungkinan bias, kita perlu mengambil sampel random sederhana atau sampel acak. Pengambilan sampel dari semua anggota populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam anggota poipulasi. Hal ini dapat dilakukan apabila anggota poipulasi dianggap homogen. Teknik sampling ini seperti pada gambar berikut:
2.      Proportinate Stratified Random Sampling
Teknik ini digunakan apabila populasi mempunyai anggota/karakteristik yang tidak homogen dan berstrata secara proportional. Sebagai contoh suatu organisasi mempunyai personil yang terdiri dari latar belakang pendidikan yang berbeda yaitu: SLTP, SLTA, S1, dan S2 dengan jumlah setiap kelas pendidikan juga berbeda. Jumlah anggota populasi untuk setiap strata pendidikan tidak sama atau bervariasi. Jumlah sampel yang harus diambil harus meliputi strata pendidikan yang ada yang diambil secara proporsional.

3.      Disproportionate Random Sampling
Teknik ini digunakan untuk menentukan jumlah sampel, bila populasi berstrata tetatpi kurang proporsional. Sebagai contoh sebuah perusahaan mempunyai personil sebagai berikut: 3 orang S3, 5 orang S2, 100 orang S1, 800 orang SLTA, dan 700 orang SLTP. Dalam penarikan sampel maka personil yang berijazah S2 dan S3 semuanya diambil sebagai sampel, karena kedua kelompok tersebut jumlahnya terlalu kecil jika dibandingkah dengan kelompok lainnya.

4.      Cluster Sampling (sampling daerah)
Teknik sampling daerah (cluster sampling) digunakan untuk menentukan sampel bila obyek yang akan diteliti atau sumber data sangat luas, misalnya penduduk suatu negara, propinsi atau kabupaten. Untuk menentukan penduduk mana yang akan dijadikan sumber data, maka pengambilan sampelnya berdasarkan daerah dari populasi yang telah ditetapkan.
Sebagai contoh Indonesia terdiri dari 30 propinsi, sampel yang akan diambil sebanyak 5 propinsi, maka pengambilan 5 propisnsi dari 30 propinsi dilakukan secara random. Suatu hal yang perlu diingat adalah bahwa karena propinsi yang ada di Indonesia juga berstrata, maka pengambilan sampel untuk 5 propinsi juga dilakuykan dengan menggunakan teknik stratified random sampling. Teknik cluster sampling dilakukan dalam dua tahap yaitu: (1) menentukan sampel daerah, dan (2) menentukan orang-orang yang ada pada daerah dengan cara sampling juga.. teknik ini digambarkan seperti pada gambar berikut:

B.     Non-probability Sampling
Non-probability sampling merupakan teknik penarikan sampel yang memberi peluang /kesempatan yang sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk terpilih menjadi sampel. Teknik sampling ini meliputi:
1.      Sampling Sistematis
Teknik sampling ini merupakan teknik penarikan sampel dengan cara penentuan sampel berdasarkan urutan dari anggota populasi yang telah diberi nomor urut. Sebagai contoh jumlah anggota populasi sebanyak 200 orang. Anggota populasi diberi nomor urut dari no 1 sampai nomor 200. Selanjutnya pengambilan sampel dilakukan dengan memilih nomor urut ganjil, atau genap saja, atau kelipatan dari bilangan tertentu, seperti bilangan 5 dan lainnya.
2.      Sampling Kuota
Sampling kuota adalah teknik penarikan sampling dari populasi yang mempunyai ciri-ciri tertentu sampai pada jumlah (quota) yang diinginkan. Sebagai contoh akan melakukan penelitian terhadap pegawai golongan II pada suatu instansi, dan penelitian dilakukan secara kelompok. Jumlah sampel ditetapkan 100 orang sementara penelitian sebanyak 5 orang, maka setiap anggota peneliti dapat memilih sampel secara bebas dengan karakteristik yang telah ditentukan (golongan II) sebanyak 20 orang.
3.      Sampling Aksidental
Sampling aksidental adalah teknik penentuan sampel, berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja yang secara kebetulan bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel, bila orang yang ditemukan pada waktu menentukan sampel cocok dengan yang diperlukan sebagai sumber data.
4.      Purposive Sampling
Purposive sampling, adalah teknik penarikan sampel yang dilakukan untuk tujuan tertentu saja. Misalnya akan melakukan penelitian tentang disiplin pegawai, maka sampel yang dipilih adalah orang yang ahli dalam bidang kepegawaian saja.
5.      Sampling Jenuh
Sampling jenuh adalah teknik penarikan sampel apabila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel. Hal ini sering dilakukan bila jumlah npopuloasi relatif kecil, kurang dari 30 orang. Istilah lain dari sampling jenuh ini adalah sensus, dimana semua anggota populasi dijadikan sampel.
6.      Snowball Sampling
Snowball sampling adalah teknik penarikan sampel yang mula-mula dilakukan dalam jumlah kecil (informan kunci) kemudian sampal yang terpilih pertama disuruh memilih sampel berikutnya, yang akhirnya jumlah sampel akan bertambah banyak seperti bola salju yang bergelinding makin lama makin besar.

7.      Sampling Seadanya
Merupakan pengambilan sampel sebagian dari populasi berdasarkan seadanya data atau kemudahannya mendapatkan data tanpa perhitungan apapun mengenai derajat kerepresesntatipannya. Dalam pembuatan kesimpulan masih sangat kasar dan bersifat sementara.
8.      Sampling Purposif (sampling pertimbangan)
Sampling purposif dikenal juga dengan sampling pertimbangan, terjadi apabila pengambilan sampel dilakukan berdasarkan pertimbangan perorangan atau pertimbangan peneliti. Sampling purposif akan baik hasilnya di tangan seorang akhli yang mengenal populasi. Cara penarikan sampel ini sangat cocok digunakan untuk studi kasus

C.    Menentukan Jumlah Sampel
Untuk dapat menentukan dengan tepat banyaknya jumlah subyek penelitian yang harus diambil, paneliti harus mengetahui terlebih dahulu apa yang menjadi unit analisis dari penelitian. Unit analisis atau satuan subyek yang dianalisis sangat tergantung pada siapa yang diteliti. Apabila penelitian tentang siswa maka sebagai unit analisis adalah siswa.1
Tujuan berbagai teknik penentuan sampel itu ialah untuk mendapatkan sampel yang paling mencerminkan populasinya, atau secara teknik disebut representatif. Dalam penelitian terhadap sampel, ciri representatif sampel itu tidak  pernah dapat dibuktikan, melainkan hanya dapat didekati secara metodologis atau parameter-parameter yang diketahui dan diakui secara teoritis maupun eksperimental. Ada empat parameter yang bisa dianggap menentukan representatif suatu sampel.3
1.      Variabel populasi.
Merupakan hal yang sudah given, artinya penelitia harus menerima sebagaimana adanya dan tidak dpat mengatur atau memanipulasinya
2.      Besar sampel
Makin besar sampel yang akan diambil akan semain tinggi taraf representatifnya. Ketentuan ini berlaku selama populasi tidak homogen secara sempurna. Jika populasi homogen secara semperna, besar sampel tidak mempengaruhi representatifnya.
3.      Teknik penentuan sampel
Makin tinggi tingkat rambang dalam penentuan sampel , maka akan semakin tinggi tingkat representatif sampelnya. Jika populasinya homogen secara sempurna rambang sama sekali tidak diperlukan.
4.      Kecermatan memasukkan ciri-ciri populasi
Makin lengkap ciri-ciri sampel akan makin tinggi tingkat representaifnya.
Besarnya jumlah sampel sering dinyatakan dengan ukuran sampel. Jumlah sampel yang meakili 100% populasi adalah sama dengan jumlah populasi. Makin besar jumlah sampel mendekati jumlah populasi maka peluang kesalahan dalam melakukan generalisasi akan semakin kecil, dan sebaliknya makin kecil jumlah sampel penelitian maka diduga akan semakin besar kemungkinan kesalahan dalam melakukan generalisasi.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menentukan besarnya sampel adalah sebagai berikut: a) Unit analisis, b) Pendekatan atau model penelitian, c) Banyaknya karakteristik khusus yang ada pada populasi, dan d) Keterbatasan Penelitian.1
Untuk jumlah subyek dalam populasi sebanyak 100 sampai 150 subyek, maka jumlah sampel yang diambil sebanyak lebih kurang 25-30%. Besarnya sampel juga diambil dengan menggunakan rumus Cohran sebagai berikut:

Keuntungan menggunakan sampel adalah
1.      memudahkan peneliti.
2.      Penelitian lebih efisien (penghematan uang, waktu dan tenaga)
3.      Lebih teliti dan cermat dalam pengumpulan data.
4.      penelitian lebih efektif, sehingga menghemat penggunaan specimen, mengurangi atau melokalisir efek destruktifd dari perlakuan.

Bias adalah kekeliruan dala pengambilan sampel, sehingga menyebabkan sampel tidak mewakili populasi. Sebab-sebab bias:
1.      kekeliriuan dalam menentuka populasi
2.      karakteristik sampel tidak menentukan target populasi
3.      kesalahan dalam penentuan wilayah
4.      jumlah sampel terlalu kecil
5.      kombinasi dari ke empatnya.




maap catatan kakinya nyelip dibawah,,,abis ga kebawa wwaktu dicopast dari microsof...:-)

1 komentar:

  1. thanks loh ga..terbantu :)

    tapi kalau bisa lebih banyak lagi

    BalasHapus